MOUNTAINEERING

Mendaki gunung adalah suatu olahraga yang keras, penuh petualangan,
membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan dan daya juang yang tinggi. Pada
hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemempuan dirinya
untuk bisa bersekutu atau bersahabat dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian
yang sukar berarti keberanian menghadapi rasa takut dan kemenangan terhadap
perjuangan melawan dirinya sendiri.
Mendaki
gunung mualai populer ketika Sir Alfred Waills dengan timnya mencapai puncak
Watterhorn (3.708 m) pada tahun 1957 dan berdirinya suatu wadah bagi para pendaki gunung
yaitu British Alpine Club tahun 1957.
Di
Indonesia mulai dikenal masyarakat luas ketika pada tahun 1964 tim pendaki
jepang dan Indonesia berhasil mencapai puncak Soekarno di pegunungan Jaya
Wijaya. Pendaki tersebut yaitu Soedarto, Sugirin dan Fred Ataboe. Kemudian pada
tahun 1977 berdirilah perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung di Indonesia
seperti Wanadri di Bandung, Mapala UI di Jakarta dan diikuti perkumpulan
lainnya diberbagai kota dan sekolah lanjutan tingkat atas serta umum hampir
disetiap pelosok nusantara.
Banyak
alasan orang melakukan kegiatan tersebut. Bagi masyarakat pedalaman kemungkinan
besar dikarenakan kondisi alam dan kehidupan sosialnya yang mengharuskan mereka
menjelajahi hutan-hutan, menyeberangi sungai atau lautan sekedar untuk
mempertahankan kehidupan dan keluarganya. Sedangkan bagi masyarakat yang lebih
maju yang umumnya di kota-kota besar  ada
banyak alasan, antara lain hoby, prestasi, panggilan jiwa, penelitian ilmiah
(biology, surveyor) ataupun sekedar pelarian maupun mencari popularitas/
sensasi.
Mountaineering  yaitu suatu perjalanan yang meliputi  mulai dari hill walking sampai ke ekspedisi
puncak yang tinggi dan sulit.
Montaineering
terdiri dari 4 bagian, yaitu :
- Hill walking,
     yaitu perjalanan ke daerah pedalaman (pelosok) atau mendaki bukit-bukit
     yang relatif landai dan tidak membutuhkan peralatan tekhnis pendakian.
 

- Climbing, yaitu kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan tekhnik mendaki dan keterampilan penggunaan peralatan sebagai pengaman.
 
Terdiri dari :
a.    
Rock climbing :
pendakian pada tebing batu.
b.    
Snow and ice climbing : pendakian pada salju dan es.

- Scrambling,
     yaitu pendakian pada tebing yang tidak begitu terjal, terkadang tangan
     digunakan untuk keseimbangan.
 

- Expedition, yaitu
     gabungan dari ketiga bentuk pendakian di atas yang memerlukan waktu
     perjalanan berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
 

ZONA
KETINGGIAN
| 
   
MDPL 
 | 
  
   
ZONA 
 | 
  
   
KARAKTERISTIK 
 | 
 
| 
   
-5 - -1 
 | 
  
   
Litoral 
 | 
  
   
Alga,
  Rumput laut 
 | 
 
| 
   
-1 - 1 
 | 
  
   
Mangrove
  & Flora pantai 
 | 
  
   
Hutan
  bakau 
 | 
 
| 
   
1 - 5 
 | 
  
   
Formasi
  Barringtonia 
 | 
  
   
Bukit
  pasir 
 | 
 
| 
   
5 - 500 
 | 
  
   
Datran
  rendah 
 | 
  
   
Tumbuhan
  dataran rendah 
 | 
 
| 
   
500 -
  1000 
 | 
  
   
Perbukitan
  (colline) 
 | 
  
   
Tumbuhan-tumbuhan
  tropis 
 | 
 
| 
   
1000 -
  1500 
 | 
  
   
Sub
  pegunungan 
 | 
  
   
Rimba
  rapat berbatang tinggi, sedikit lumut 
 | 
 
| 
   
1600 -
  2400 
 | 
  
   
Pegunungan 
 | 
  
   
Hutan
  pohon berbatang tinggi rapat, peningkatan jumlah lumut dengan pengurangan
  diameter  lingkat batang. 
 | 
 
| 
   
2400 -
  3600 
 | 
  
   
Sub
  alpine 
 | 
  
   
Hutan
  rendah lebat dengan pohon tinggi tunggal, sering berlumut, pohon berdaun
  jarum 
 | 
 
| 
   
3600  
 | 
  
   
Sub
  alpine 
 | 
  
   
Batas hutan 
 | 
 
| 
   
3600 -
  4000 
 | 
  
   
Sub
  alpine 
 | 
  
   
Belukar
  rendah terisolasi 
 | 
 
| 
   
4000 
 | 
  
   
Sub
  alpine 
 | 
  
   
Batas
  pohon tumbuh 
 | 
 
| 
   
4100 -
  4600 
 | 
  
   
Alpine 
 | 
  
   
Pasir
  bebatuan 
 | 
 
| 
   
4600 -
  5000 
 | 
  
   
Alpine 
 | 
  
   
Salju
  abadi 
 | 
ZONA IKLIM
DI INDONESIA
| 
   
MDPL 
 | 
  
   
ZONA 
 | 
 
| 
   
0 -
  1000 
 | 
  
   
Tropis 
 | 
 
| 
   
500 -
  1000 
 | 
  
   
Perbukitan
  (colline subzone) 
 | 
 
| 
   
1000 -
  2400 
 | 
  
   
Pegunungan
  (montane zone) 
 | 
 
| 
   
2400 -
  atas 
 | 
  
   
Sub
  alpine 
 | 
 
Faktor kesiapan yang harus dimiliki seorang Pendaki
Gunung antara lain :
- Sikap mental,
     yaitu tabah akan tantangan dan kesulitan, tidak mudah putus asa dan berani.
     Berani dalam arti sanggup menghadapi tantangan dan mengatasi secara
     bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan yang dimiliki.
 - Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, seperti pengetahuan medan/ cuaca yang akan dihadapi
     dan keterampilan menggunakan peralatan pendakian.
 - Kondisi fisik yang memadai. Mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat. Berhasil atau tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk memiliki kondisi fisik dan daya tahan tubuh yang baik dan siap haruslah selalu berlatih.
 
- Etika, yaitu mengetahui kaidah-kaidah hukum masyarakat setempat.
 
Perlengkapan
dan peralatan yang harus dimiliki bagi seorang pendaki terdiri :
1.   Perlengkapan dasar, antara lain tenda, sepatu track, kaos kaki tebal, celana lapangan,
baju lapangan, topi rimba, hand glove, ikat pinggang, carrier & daypack,
peralatan navigasi, senter & batre cadangan, pisau, perlengkapan tidur,
perlengkapan masak dan makan.
2.  Perlengkapan khusus, antara lain tali statis & dynamic, harness dsb.
3. Perlengkapan tambahan (menambah kenyamanan perjalanan), antara lain putis (pembalut betis
dari katun/wol), gaiters (melindungi kaki dari pacet dan mencegah sepatu dari
kemasukan pasir), kelambu (melindungi dari nyamuk dan lebah) kaca mata, jarum
dan benang, tissue basah, lotion
skin, dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar