Menggapai Langit Mencengkeram Matahari

Kamis, 30 Mei 2013

SISA PEMBONGKARAN RUMAH LIAR DI PINGGIR JALAN RAYA KALI ULU LEMAH ABANG

Deretan rumah di sepanjang jalan raya antara Pilar Cikarang dan Lemah Abang, tepatnya di depan Perumahan Central Park Cikarang, Kali Ulu, Desa KarangRaharja, Cikarang Utara - Kabupaten Bekasi dibongkar. Pembongkaran ini dilakukan oleh Satuan Pamong Praja Bekasi yang dijaga oleh sejumlah aparat TNI pada tanggal 15 Mei 2013 yang lalu dengan menggunakan alat berat.

Rumah yang berdiri sejak tahun 2002 tanpa izin dari pemerintah daerah ini sudah lama menempati saluran air di pinggir jalan tersebut. Rumah-rumah liar ini digunakan untuk menampung dan menjual limbah kayu bekas pabrik. Tampak sisa-sisa pembongkaran, baik itu puing-puing dan sampah menutupi kali yang semestinya menjadi ruang aliran air dan ruang hijau. Coba kita lihat juga rumah-rumah liar di sepanjang jalan dan juga rel kereta api antara Citarik LemahAbang hingga Bojong KedungWaringin. Kumuh dan kotor...


Memang sudah seharusnya pemerintah menata ulang lagi kondisi lingkungan wilayah, terutama pinggir jalan raya di seluruh daerah khususnya Kabupaten Bekasi. Selain mengganggu pemandangan dan juga para pengguna jalan, bangunan liar ini memicu banjir ketika hujan turun. Ketegasan dan komitmen kerja pemerintah daerah dalam hal ini sangat diharapkan bagi masyarakat yang peduli lingkungan dan para pecinta alam yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi.

Apapun alasannya.. TINDAK TEGAS PERUSAK LINGKUNGAN !!!


Rabu, 29 Mei 2013

PANTAI CIPARAGE KARAWANG


Pantai Ciparage atau yang sering disebut Pantai Cibendo terletak di sebelah utara Karawang yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Tempuran dan Cilamaya Kulon, tepatnya di Desa CiparageJaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang. 

Alkisah cerita dari masyarakat setempat, nama Cibendo sendiri berasal dari nama seorang centeng atau penjaga yang dulunya menjaga empang atau tambak Udang Bago (sejenis udang windu) milik orang-orang Cina. Karena terjadinya abrasi, maka empang-empang itu pun menyatu dengan laut dan menjadi pantai, dan nama sang centeng pun dijadikan nama pantai tersebut. 

Sebagaimana pantai-pantai sebelah utara lainnya, Pantai Cibendo berwarna keruh. Pantai Cibendo dapat ditempuh oleh kendaraaan mobil ataupun motor selama 1 jam dari Kota Karawang. Pengunjung yang berwisata ke pantai ini dipungut iuran yang bervariatif : sepeda motor @ Rp. 5000, mobil keluarga @ Rp. 10.000,- dan mobil pickup @ Rp. 20.000,- 

Pantai ini ramai dikunjungi pada saat hari libur saja, apalagi pada saat hari lebaran. Dari pendapatan tiket saja hampir 15juta, belum dari yang lainnya, "Ujar Kang Uus (Ketua Karang Taruna). Ketika hari biasa tampak sepi, hanya muda-mudi saja yang terlihat saat menjelang sore dan malam. 

Banyak deretan warung yang terbuat dari tiang dan bilik bambu di sepanjang pantai ini, namun dibuat dengan apik sekali. Warung-warung tersebut adalah hak milik warga yang menjajakan berbagai macam makanan dan minuman ringan, dan juga ikan laut bakar. Ketika malam hari terdapat hiburan karaoke dari beberapa warung yang bertingkat dua. Dentuman musik yang keras membuat suasana malam menjadi ramai walaupun ketika itu sepi pengunjung, hanya muda-mudi saja yang sedang asyik di sepanjang pinggir pantai. Hayoo... Ngapain.

Pada saat air laut surut di pagi hari, banyak penduduk sekitar mulai dari anak kecil maupun orang tua memanfaatkan waktu untuk mencari kerang yang terdampar. Tapi sayang... Banyak juga masyarakat sekitar buang hajat di pinggir pantai, bahkan ada jamban besar yang berdiri di sebelah barat. Hal ini menjadi sebuah pemandangan yang sangat tidak sedap dipandang mata, terutama para pengunjung yang ingin menikmati suasana pantai ini.

Menurut Kang Uus, "Memang banyak masyarakat Desa CiparageJaya ini membuang hajat di pinggir kali sepanjang dermaga dan juga pantai. Hal ini karena mayoritas rumah penduduk sekitar, baik itu rumah gubuk maupun rumah yang mewah tidak memiliki toilet untuk buang hajat besar. Hal ini diketahui ketika pemerintah melakukan sensus penduduk beberapa waktu yang lalu".

Saat ini Pantai Cibendo atau Ciparage dikelola alakadarnya oleh pemerintah desa dan pemuda setempat. Saya yakin, jika pemerintah pusat turun tangan berniat baik untuk mau mengelola, pantai ini akan menjadi daya tarik wisatawan seluruh Indonesia. Apalagi adanya Pulau Karang yang menjadi magnet para divers (penyelam) untuk menikmati panorama bawah lautnya, walaupun saat ini kondisinya telah rusak tapi bisa diperbaiki. 



Senin, 27 Mei 2013

MASIH TERSELIP KEINDAHAN DIBALIK HANCURNYA TERUMBU KARANG DI LAUT KARAWANG

Sabtu, 25 Mei 2013


Pukul 09.00 wib, Komandan Hadid mengajak survey lokasi untuk mencari tahu keberadaan Pulau Karang yang berlokasi di Desa CiparageJaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang. Survey ini dilakukan untuk mencari kebenaran tentang adanya laut yang jernih, dimana pastinya ada kehidupan panorama bawah laut di daerah tersebut.

Perjalanan  dilakukan pada pukul 15.00 wib dari Kota Karawang ke Pantai Ciparage. Hanya membutuhkan waktu 1 jam. Disana kami memarkirkan mobil di depan pantai sebuah warung dekat kantor Desa CiparageJaya. Kebetulan sekali kami berjumpa dengan ketua Karang Taruna Desa Ciparage, yaitu Kang Uus. Setelah Menceritakan tentang maksud dan tujuan kami, mereka bersedia membantu segala keperluan yang kami butuhkan, mulai tempat tidur untuk menginap dan juga penyewaan kapal kecil untuk mencapai Pulau Karang. Senja mulai hilang ditelan malam. Rasa kantuk mulai mendera, dan pada akhirnya kami terlelap dalam dinginnya angin laut.

Minggu, 26 Mei 2013

Pukul 05.00 wib kami terjaga oleh Subuh. Setengah jam kemudian sunrise muncul di ufuk laut timur. Sinarnya kuning kemerahan bersinar menghiasi permukaan laut menuju Pantai Ciparage. Setelah sarapan dan menyiapkan perlengkapan untuk selam, Pukul 07.00 wib kami siap berangkat dengan sebuah kapal nelayan kecil yang sudah standby di dermaga depan pelelangan ikan. Perjalanan dari Dermaga Ciparage ke Pulau Karang hanya 1 jam. Kapal tidak bisa merapat terlalu dekat dengan Pulau Karang yang dangkal, nahkoda memutuskan segera melempar jangkarnya di tempat yang spotnya bagus. Air yang jernih membuat karang di bawah laut terlihat dari atas kapal.

Segera Komandan Hadid dan Kang Uus melakukan penyelaman, sedangkan Gw melakukan observasi ke tonjolan Karang yang muncul dari permukaan dengan berenang, tentunya dengan alat apung yang ada saat itu yaitu polifoam yang diikat oleh tambang pada tubuh. Lumayan berenang sekitar 300 meter dari kapal, cukup melelahkan dengan arus laut yang berlawanan.

Minggu, 05 Mei 2013

RUMAH LIAR PINGGIR KALI



Deretan rumah kayu berdinding triplek menghiasi sepanjang kali Ranggon hingga Jarakosta di Kabupaten Bekasi.

Menurut cerita masyarakat setempat, deretan rumah di sana adalah lokasi bagi para penjaja seks komersial yang sudah berdiri sejak lama. Dahulu memang tidak ada satupun rumah yang berdiri di sepanjang kali tersebut, tapi semenjak lokalisasi di daerah Cibitung di bubarkan, para pekerja seksnya pindah dan tersebar ke beberapa daerah, terutama ke lokasi sepanjang pinggir kali malang dan salah satunya ke pinggir kali antara kali Ranggon hingga Jarakosta.

Deretan rumah tersebut sebenarnya masuk wilayah Kampung Rawakuda, Desa Karang Harum, Kabupaten Bekasi, Namun keberadaannya dekat dengan Kampung Ranggon dan Jarakosta. Pernah beberapa kali tokoh agama dan masyarakat setempat melakukan pembongkaran dan juga pembakaran terhadap rumah-rumah kayu yang berdiri di sepanjang kali itu, tapi beberapa bulan kemudian berdiri lagi bahkan bertambah banyak. Ironisnya banyak penduduk sekitar membuat juga rumah kayu di pinggir kali itu untuk dijadikan sebuah warung dan juga tempat singgah para pejaja seks komersial.

Deretan rumah kayu ini juga terlihat di sepanjang tanggul kali irigasi antara Desa Mekar Jaya dan Desa Karang Harum. Tanggul yang seharusnya menjadi ruang hijau ini berubah menjadi tempat tinggal, dan kali yang semestinya menjadi aliran air untuk mengairi sawah berubah menjadi tempat pembuangan sampahnya.

Memang, jikalau sekarang menutup atau membubarkan deretan rumah kayu di sepanjang kali itu akan menghambat perputaran ekonomi di daerah tersebut, dan berakibat beberapa keluarga tidak memiliki penghasilan..

Apapun alasannya kalau dilihat dari dampak lingkungan, rumah yang berdiri di sepanjang sungai atau kali tidaklah dibenarkan. Karena dapat menyebabkan abrasi dan bedahnya tanggul penopang aliran air sungai atau kali, juga menghambat aliran air karena sampah sehingga terjadinya pendangkalan kali dan akhirnya meluap banjir. Selain itu juga mengganggu keindahan kali tersebut. Apalagi dilihat dari segi agama, deretan rumah yang menjadi tempat menjual minuman keras dan juga tempat singgah para penjaja seks itu sangat diharamkan.

Sebaiknya pemerintah pusat membuat dan mengatur undang-undang tentang tata kelola lahan pinggir kali dan juga tempat prostitusi sehingga pemerintah bisa mendapat untung dengan hasil pajak yang diterima, dan masyarakat tidak lagi khawatir anak-anak mereka melihat para pekerja seks komersial berkeliaran di sepanjang jalan pinggir kali. Tapi perlu di ingat, pertanggungjawaban izinnya akan sangat berat nanti ketika di akherat…!!!

Sabtu, 04 Mei 2013

Musim Hujan Datang, Jalan Rusak dan Berlubang

Nampaknya jalan aspal yang ada di Indonesia banyak yang tidak tahan dengan air hujan, awalnya satu atau dua minggu masih kuat, akan tetapi setelah berbulan-bulan dihantam oleh hujan tentunya banyak aspal yang kemudian berlubang. Hampir di mana-mana terjadi hal demikian. Jalanan berlubang dan sering kali membahayakan. Tidak jarang ketika hujan turun, jalanan yang berlubang tergenang air dan membuat pengendara sepeda motor terjerembab ke dalam lubang-lubang tersebut.

Dalam hal ini, seharusnya kualitas aspal dan juga teknik pengaspalan yang dilakukan haruslah benar-benar dilakukan secara maksimal. Tentunya jika semua aspek bisa dikerjakan secara benar maka kejadian berlubangnya jalanan karena hujan akan bisa diminimalisir.

Sering Terjadi Kecelakaan di Tikungan Panjul, Desa Karang Sambung Kec. Kedungwaringin Akibat Banjir dan Jalan Penuh Lubang.

Kodisi jalan utama antara Stasiun Lemah Abang hingga pangkalan ojek Asem-Rengas Bandung di Kabupaten Bekasi, cukup memprihatinkan. Jalan sepanjang jalur itu rusak dan berlubang hingga mencapai kedalaman 30cm, dan membuat masyarakat yang melewati jalan tersebut terganggu. Apalagi ketika turun hujan yang menyebabkan lubang-lubang di jalan tersebut tidak terlihat oleh para pengguna jalan karena tertutup air hujan. Sering saya melewati jalan tersebut dan melihat beberapa kali pengendara motor terperosok dalam lubang dan akhirnya terjatuh. Dan ketika pagi hari tadi saat saya berangkat kerja sebuah Angkot menabrak pengendara motor penjual sayuran yang sedang menghindari jalan berlubang, untung saja hanya gerobak samping kanannya yg hancur dan tidak memakan korban jiwa. Menurut masyarakat sekitar hampir terjadi 5-7 kali kecelakaan tiap harinya di jalan tersebut. Diperparah lagi ketika saya melewati jalan di tikungan Panjul, sudah jalannya rusak parah ditambah banjir pula. Sering terjadi kemacetan di tikungan ini ketika pagi dan sore hari. Dianjurkan supaya para pengendara mobil ataupun motor untuk lebih berhati-hati dan pelan mengendarai kendaraannya di tikungan ini.

Masyarakat berharap agar pemerintah Kabupaten Bekasi dan pihak terkait dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan cepat, sebelum jalan bertambah parah dan memakan korban jiwa. Semoga…