Menggapai Langit Mencengkeram Matahari

Jumat, 21 Januari 2011

PENDAKI GUNUNG

Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam carabiner (pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat, persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.
Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi di dalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang dihadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.

Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan, tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.

MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam)

Tidak ada yang abadi kecuali perubahan dalam era global sekarang ini. MAPALA dalam peranannya sebagai suatu organisasi kemahasiswaan external kampus adalah sebuah lapisan yang merupakan media serta wadah aktualisasi. Dimana dari tinjauan historic mahasiswa pecinta alam (MAPALA) adalah bagian sejarah lingkungan alam ataupun lingkungan masyarakat di Indonesia umumnya dan masyarakat khususnya.
Banyak asumsi dari orang bahwa MAPALA adalah Organisasi yang Amburadul, Malas masuk kuliah, tidak pernah menyenangkan orang dan mungkin saja anggapan larinya ke arah yang jorok seperti Malas mandi mungkin!!! Mungkin saja begitu karena orang yang ada di dalamnya selalu kering mukanya dan cara berpakaiannya yang menggunakan pakaian yang agak luntur (kusut). Tapi disini penulis mohon agar kiranya jangan kita melihat dari sosok kekurangannya saja. 

Asal perlu diketahui bahwa paham yang dianut MAPALA itu sendiri adalah Patriotik kebangsaan yang menganut aliran kemasyarakatan yang tinggi. Salah satunya tokoh Idealis dari MAPALA SOE HOK GIEyang mengulirkan REZIM ORDE lama dibawah kepemimpinan Presiden SOEKARNO. Dia sendiri tidak mau kalau bangsanya di tindas oleh bangsanya sendiri, dan tak hanya itu sahabatnya sering melontarkan kata bahwa di Indonesia menganut politik TAI KUCING. sampai pada akhirnya ia menghembuskan nafas yang terakhir diatas Gunung Semeru dipangkauan sahabatnya.

Kamis, 20 Januari 2011

MISTERI GUNUNG RINJANI

Pada jaman dahulu tidak jauh dari pelabuhan Lembar, terdapat sebuah Kerajaan Taun yang diperintah oleh seorang Raja yang sangat bijaksana bernama Datu Taun bersama permaisurinya yang sangat cantik Dewi Mas.

Di bawah pemerintahan Raja Datu Tuan, kerajaan dalam keadaan aman, damai, dan tenteram. Namun meskipun demikian Raja kelihatan sering bersedih, hal ini dikarenakan beliau belum dikarunia seorang putera, sementara Raja dan Permaisuri sudah semakin bertambah tua.

Pada suatu hari Raja dan permaisuri duduk bercakap-cakap membicarakan masalah keluarga. Baginda mengemukakan bagaimana susahnya kelak karena tidak memiliki anak. Bersabdalah Datu Tuan "Adinda kanda ingin menyampaikan permintaan, ijinkanlah kakanda mengambil istri seorang lagi. Mudah-mudahan dengan demikian kita akan dikaruniai anak yang akan menggantikan pemerintahan kelak" Setelah Sang Permaisuri menyetujui, maka Baginda Datu Tuan segera meminang seorang gadis cantik yang bernama Sunggar Tutul, puteri dari Patih Aur.

Semenjak itu perhatian Raja terhadap Dewi Mas berkurang, beliau lebih sering tinggal di istana isteri yang baru. Raja yang terkenal adil ini telah bertindak tidak adil terhadap permaisurinya. Meskipun demikian Dewi Mas tetap selalu sabar, dan karena kemurahan Yang Maha Kuasa maka Dewi Mas mengandung.

GUNUNG DAIK 1.165 MDPL

Pulau Pandan Jauh Ke Tengah, Gunung Daik Becabang Tige
Ancur Badan Dikandung Tanah, Budi Baik Dikenang Juge

 

Kamis, 02 Oktober 2008

Suara adzan subuh berkumandang di seluruh penjuru Batam khususnya daerah Mukakuning, membangunkan setiap insan yang masih terlelap dalam mimpi indah dihari kedua Idul Fitri 1429 H. Pukul 06.30 wib kami sudah siap untuk meluncur ke Pelabuhan Punggur dan bertemu dengan Babeh disana. Taksi yang kami tumpangi melaju cepat di jalanan kota Batam, terlihat mulai ramai dengan kendaraan yang mungkin akan mengunjungi saudara-saudaranya untuk bersilaturahmi, berbeda dengan kami yang akan melaksanakan misi pendakian ke Gunung Daik. Pukul 07.00 wib kami sudah sampai di Pelabuhan Punggur dan langsung membeli ticket PP Batam-Tanjung Pinang. Udara pagi hari di Pelabuhan Punggur terasa sejuk ditemani hangatnya sinar mentari pagi yang membangkitkan semangat kami berlima untuk memulai perjalanan ekspedisi ini. Pukul 08.00 wib kapal ferry sudah mulai menebar buih di lautan dan mengagetkan ikan-ikan yang lagi asyik mencari sarapan pagi, tandanya kami segera berlayar selama 1 jam menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang. Tepat pukul 09.00 wib kota Tanjung Pinang sudah menampakkan kemegahannnya. Perlahan para penumpang mulai turun untuk melanjutkan perjalanan berikutnya, begitu juga dengan kami yang langsung mencari tiket menuju ke Pulau Lingga tempat dimana Gunung Daik berada.