Menggapai Langit Mencengkeram Matahari

Rabu, 01 Oktober 2014

PETUALANGAN DI PULAU BIAWAK

 Letak Geografis Pulau Biawak

Pulau Biawak terletak di sebelah utara Pulau Jawa bagian tengah. Masuk wilayah administratif Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang berada di koordinat 06°56’022’’ LS dan 108°22’015’’ BT.

Dengan luas daratan ±742 Ha yang sebagian besar terdiri dari hutan bakau, pulau Biawak menjadi kawasan konservasi endemik burung-burung liar dan biawak-biawak yang ada disana.



Sejarah Pulau Biawak

Awalnya nama pulau tersebut adalah Pulau Rakit, tetapi oleh Pemkab Indramayu dinamakan Pulau Biawak karena di pulau ini banyak dijumpai satwa yang menjadi ciri khasnya, yakni biawak (Varanus salvator). Satwa ini tergolong unik karena hidup di habitat air asin. Setiap menjelang matahari terbenam, puluhan biawak  terlihat di tepian pantai yang berburu ikan untuk kebutuhan makannya.

Selain disebut sebagai pulau Biawak, pulau ini juga disebut sebagai Pulau Menyawak dan Pulau Bompyis.


Perjalanan Menuju Pulau Biawak

Dalam rangka acara “Jurnalistik Divers Peduli Ekosistem Laut” di Pulau Biawak, kami mejadi panitia penyedia perlengkapan alat selam, konsumsi dan penyediaan tempat tidur (Badbelt). Sebanyak sepuluh orang tim dari kami diterjunkan untuk mendukung acara ini.

Berangkat dari Bogor tengah malam pukul 01.30 wib menggunakan kendaraan mobil pribadi dan 2 (dua) Coltbak yang sudah penuh untuk kebutuhan makan dan penyelaman selama 4hari. Pengisian bensin hanya sekali @150.000 untuk sampai ke Pelabuhan Karangsong, Indramayu. Sekali kami istirahat di rest area SPBU untuk mengurangi kantuk.

Tiba saat subuh di Kota Indramayu, kami melanjutkan perjalanan menuju ke tempat pelelangan ikan di pelabuhan Karangsong, kabupaten Indramayu. Telah menunggu panitia dari Dinas Pariwisata Kabupaten Indramayu yang turut serta mendukung acara ini. Di Pelabuhan banyak warung untuk membeli bekal atau sarapan sebelum melakukan penyebrangan.

Perahu yang dipakai kami adalah perahu nelayan ikan (besar) yang sehari-hari melaut dari pelabuhan Karangsong dengan kapasitas 15-20 orang. Adapun biaya sudah ditanggung oleh Pertamina sebagai penyelenggara acara ini.

Setelah terombang ambing selama 5 jam di Laut Jawa akhirnya sampailah kami pada jam 14.00 wib. Kapal besar ini tak bisa merapat karena dermaganya yang hancur. Untuk itu di drop oleh kapal-kapal nelayan yang kecil untuk bisa merapat ke Pulaunya.  Agak sulit untuk memindahkan perlengkapan yang kami bawa karena ombak yang besar.


Jum’at, Agustus 2014

Semua peralatan selam ditempatkan di dermaga untuk mempermudah kegiatan penyelaman. Sedangkan untuk tempat tidur dan Kegiatan memasak ditempatkan di rumah-rumah pegawai dinas yang tersedia (5 rumah).

Kegiatan penyelaman pertama dilakukan sore pukul 17.00 wib sampai 17.30 wib di depan dermaga. Penyelaman perdana ini hanya sebentar karena kondisi mulai gelap, maka itu Leader Diver membuat keputusan yang tepat agar tidak terjadi hal yang membahayakan para Divers.

Hawa dingin membuat para penyelam merasa lapar. Tim konsumsi sudah menyiapkan makan sesuai jadwalnya. Untuk penerangan menggunakan mesin generator yang hanya dinyalakan antara pukul 18.00 sampai 06.00 wib. Saya dan seorang kawan membagi shift mengisi tabung oksigen selam dengan compresor yang sengaja dibawa dari Club kami (Milakancana Dive Center) hingga selesai pagi hari.

Sabtu, Agustus 2014

Tim Konsumsi sudah bangun dan mengelola masakannya untuk sarapan pagi. Tim jurnalistik dari berbagai media sudah melakukan aktifitasnya mengambil gambar dan keterangan untuk dijadikan sebuah berita atau karya tulis di pagi itu. Pukul 08.00 wib Saya dan tiga orang melakukan survey penyelaman untuk mencari dan memfloat lokasi untuk transplantasi terumbu karang.

Setelah balik ke dermaga, divers siap melakukan kegiatannya dengan membawa bibit- bibit terumbu karang yang akan di transplantasi. Sekitar 30 penyelam dari tingkat openwater sampai instruktur terlibat dalam kegiatan tersebut.  Gak bisa terbayangkan semua turun bersamaan. Visibility akan buram karena pasir yang mengangkat ke atas... Tapi kegiatannya berjalan lancar dan sukses.

Divers kembali sekitar jam 12.00 wib, setelah bebersih dan makan siang mereka istirahat. Beberapa tim jurnalistik sedang mengambil moment pulau Biawak dari udara dengan menggunakan Drone, yaitu pesawat berkamera yang diterbangkan dengan remote control.

Ada juga dari pengunjung lain yang sedang melakukan shooting pembuatan video klip sebuah lagu dangdut pantura di sisi pantai.

Kegiatan penyelaman berikutnya sore sekitar jam 16.00 wib di depan dermaga secara bergantian dengan timnya masing-masing untuk mengambil gambar atau vidoe bawah laut.

Sumber air tawar di Pulau Biawak hanya mengandalkah sebuah sumur resapan dan tangki wadah air hujan. Dengan jumlah sekitar 70 orang yang terlibat dalam kegiatan acara itu tidak bisa mencukupi kebutuhan air tawar. Air di tangki cadangan dan sumur mulai habis ketika Sabtu sore, dan mesin pompapun tidak mampu menyalurkan air ke pipanya. Dengan menggunakan timba (ember yang disambung tambang) mereka bergantian menguras air resapan sumur yang dalamnya hanya 3 meter. Akibatnya banyak yang tidak mandi atau tayamum.. Hi..hi..

Terdapat sebuah warung kecil yang menjajakan rokok, makanan dan minuman ringan seperti mie instan, snack, sukro, kacang, air mineral dan bersoda, coffe juga susu. Warung ini hanya ada ketika terdapat suatu kegiatan acara atau hari libur.

Sunset memberi panorama keindahan pantai Pulau Biawak, dan akhirnya larut dalam letihnya malam setelah kegiatan hari itu.

Minggu, Agustus 2014 (Pulang)

Kapal Besar telah jauh membawa penyelam untuk melakukan penyelaman pagi hari. Selesai packing jam 10.00 wib kapal kecil yang hendak mendrop perlengkapan tidak bisa menyandar dermaga karena air laut surut. Hingga akhirnya dengan sabar menunggu pasang pada jam 15.00 wib. Ombak yang besar membuat kami sulit mendrop peralatan ke kapal besar. Kurasakan mual yang amat sangat setelah semua selesai dan langsung mencari posisi tidur di dek belakang kapal

Di tengah perjalanan, kami sempat terombang-ambing di laut lepas pantai utara Pulau Jawa, karena mesin kapal yang mendadak mati beberapakali. Waduh... saya deg-degan minta ampun. Pikiran saya cuma ingat Tuhan dan BCD (Bouyance Control Device)/ Pelampung selam. Hi..hi..

Kapal kami hanya mengikuti arah angin.  Hingga tiga jam berlalu akhirnya, mesin perahu hidup kembali. Mesin perahu itu hanya ngambek karena kepanasan..

Bunyi mesin tok… kotok… tok… menjadi nyanyian sepanjang perjalanan pulang ditaburi bintang dan sinar bulan di laut Jawa.

Sampai di Pelabuhan Karangsong tengah malam sekitar jam 01.20 wib. Setelah mendrop semua peralatan ke mobil kamipun langsung melesat pulang memecah malam menuju Bogor, dan tiba Senin pagi pada pukul 07.00 wib.

Kepala pusing karena bumi masih bergoyang-goyang efek naik kapal yang belum hilang. Pegel, linu, encok , rematik akibat manggul-manggul peralatan dan kurang tidur.  Tapi Alhamdulillah kegiatan sukses berjalan lancar.. Semua karena Restu-Nya.

Objek Wisata di Pulau Biawak    

Biawak

Biawak yang merupakan satwa endemik pulau ini memiliki penciuman yang tajam. Ketika tim sedang memasak, biawak-biawak berdatangan. Biawak di pulau ini tidak takut terhadap manusia. Mereka berani mendekat,  namun harus mewaspadai sabetan ekor biawak tersebut.

Mercusuar

Selain kawasan konservasi, Pulau Biawak merupakan pulau yang penting bagi jalur pelayaran domestik karena terdapat menara mercusuar peninggalan Belanda yang masih aktif memandu kapal-kapal besar dan kecil sampai saat ini.

Mercusuar yang ada di Pulau Biawak setinggi 65 meter didirikan pada jaman penjajahan Belanda oleh ZM Willem pada tahun 1872. Diperlukan kehati-hatian ekstra untuk bisa menaikinya dengan anak tangga melingkar yang cukup kecil dan berkarat. Setelah sampai di puncak mercusuar, pemandangan lepas pantai dan dermaga pulau Biawak bisa terlihat.


Hutan Bakau dan Pinus

Pulau Biawak memiliki hutan bakau yang lebat. Selain bakau, pinus juga cukup banyak ditemukan di tengah pulau yang merupakan tempat berkumpulnya burung-burung.







Alam Bawah Laut                                                  

Masih jarang para pengunjung yang datang kesini karena faktor transportasi khusus yang belum ada dan  mahal, jarak yang jauh, ombak yang besar, sulitnya kapal merapat ke dermaga karena hancur serta belum adanya tempat penginapan yang disewakan.

Hal tersebutlah yang menjadikan terumbu karang dan biota lautnya masih terlihat alami. Hardcoral dan Softcoral dan Cavecoral menghiasi pemandangan bawah lautnya. Dilengkapi hiasan berbagai macam fauna seperti nemo, stonefish, nudibranch, lionfish, jellyfish dan sebagainya yang memberikan warna-warni di dasarnya.

Pulau Biawak ini adalah aset yang sangat mahal, tapi kenapa Dinas terkait belum berusaha keras mengelolanya. Atau menunggu pihak swasta mau membelinya? Berbagai alasan mereka lantunkan..






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar