Letak Geografis Pulau Biawak
Dengan luas daratan ±742 Ha yang sebagian
besar terdiri dari hutan bakau, pulau Biawak menjadi kawasan konservasi endemik
burung-burung liar dan biawak-biawak yang ada disana.
Sejarah Pulau Biawak
Awalnya nama pulau tersebut adalah Pulau Rakit, tetapi oleh Pemkab
Indramayu dinamakan Pulau Biawak karena di pulau ini banyak dijumpai satwa yang
menjadi ciri khasnya, yakni biawak (Varanus salvator). Satwa ini tergolong unik
karena hidup di habitat air asin. Setiap menjelang matahari terbenam, puluhan
biawak terlihat di tepian pantai yang
berburu ikan untuk kebutuhan makannya.
Selain disebut sebagai pulau
Biawak, pulau ini juga disebut sebagai Pulau Menyawak dan Pulau Bompyis.
Perjalanan Menuju Pulau Biawak
Dalam rangka acara “Jurnalistik
Divers Peduli Ekosistem Laut” di Pulau Biawak, kami mejadi panitia penyedia
perlengkapan alat selam, konsumsi
dan penyediaan tempat tidur (Badbelt). Sebanyak sepuluh orang tim dari kami
diterjunkan untuk mendukung acara ini.
Berangkat dari Bogor tengah malam pukul 01.30 wib menggunakan
kendaraan mobil pribadi dan 2 (dua) Coltbak yang sudah penuh untuk kebutuhan
makan dan penyelaman selama 4hari. Pengisian
bensin hanya sekali @150.000 untuk sampai ke Pelabuhan Karangsong, Indramayu.
Sekali kami istirahat di rest area SPBU untuk mengurangi kantuk.
Tiba saat subuh di Kota
Indramayu, kami melanjutkan perjalanan menuju ke tempat pelelangan ikan di
pelabuhan Karangsong, kabupaten Indramayu. Telah menunggu panitia dari Dinas Pariwisata Kabupaten Indramayu yang turut serta mendukung acara ini.
Di Pelabuhan banyak warung
untuk membeli bekal atau sarapan sebelum melakukan penyebrangan.
Perahu yang dipakai kami adalah
perahu nelayan ikan (besar)
yang sehari-hari melaut dari pelabuhan Karangsong dengan kapasitas 15-20 orang. Adapun biaya sudah ditanggung oleh
Pertamina sebagai penyelenggara acara ini.
Setelah terombang ambing selama 5 jam di Laut Jawa akhirnya sampailah kami
pada jam 14.00 wib. Kapal besar ini tak bisa merapat karena dermaganya yang
hancur. Untuk itu di drop oleh kapal-kapal nelayan yang kecil untuk bisa merapat
ke Pulaunya. Agak sulit untuk memindahkan perlengkapan
yang kami bawa karena ombak yang besar.
Jum’at, Agustus 2014
Semua peralatan selam ditempatkan di dermaga untuk mempermudah kegiatan
penyelaman. Sedangkan untuk tempat tidur dan Kegiatan memasak ditempatkan di
rumah-rumah pegawai dinas yang tersedia (5 rumah).
Kegiatan penyelaman pertama dilakukan sore pukul 17.00 wib sampai 17.30 wib
di depan dermaga. Penyelaman perdana ini hanya sebentar karena kondisi mulai
gelap, maka itu Leader Diver membuat keputusan yang tepat agar tidak terjadi
hal yang membahayakan para Divers.
Hawa dingin membuat para penyelam merasa lapar. Tim konsumsi sudah
menyiapkan makan sesuai jadwalnya. Untuk penerangan menggunakan mesin generator
yang hanya dinyalakan antara pukul 18.00 sampai 06.00 wib. Saya dan seorang
kawan membagi shift mengisi tabung oksigen selam dengan compresor yang sengaja
dibawa dari Club kami (Milakancana Dive Center) hingga selesai pagi hari.
Sabtu, Agustus 2014
Tim Konsumsi sudah bangun dan mengelola masakannya untuk sarapan pagi. Tim
jurnalistik dari berbagai media sudah melakukan aktifitasnya mengambil gambar
dan keterangan untuk dijadikan sebuah berita atau karya tulis di pagi itu. Pukul
08.00 wib Saya dan tiga orang melakukan survey penyelaman untuk mencari dan
memfloat lokasi untuk transplantasi terumbu karang.
Setelah balik ke dermaga, divers siap melakukan kegiatannya dengan membawa
bibit- bibit terumbu karang yang akan di transplantasi. Sekitar 30 penyelam
dari tingkat openwater sampai instruktur terlibat dalam kegiatan tersebut. Gak bisa terbayangkan semua turun bersamaan.
Visibility akan buram karena pasir yang mengangkat ke atas... Tapi kegiatannya
berjalan lancar dan sukses.
Divers kembali sekitar jam 12.00 wib, setelah bebersih dan makan siang
mereka istirahat. Beberapa tim jurnalistik sedang mengambil moment pulau Biawak
dari udara dengan menggunakan Drone, yaitu pesawat berkamera yang diterbangkan
dengan remote control.
Ada juga dari pengunjung lain yang sedang melakukan shooting pembuatan
video klip sebuah lagu dangdut pantura di sisi pantai.
Kegiatan penyelaman berikutnya sore sekitar jam 16.00 wib di depan dermaga
secara bergantian dengan timnya masing-masing untuk mengambil gambar atau vidoe
bawah laut.
Sumber air tawar di Pulau Biawak hanya mengandalkah sebuah sumur resapan
dan tangki wadah air hujan. Dengan jumlah sekitar 70 orang yang terlibat dalam
kegiatan acara itu tidak bisa mencukupi kebutuhan air tawar. Air di tangki
cadangan dan sumur mulai habis ketika Sabtu sore, dan mesin pompapun tidak mampu
menyalurkan air ke pipanya. Dengan menggunakan timba (ember yang disambung
tambang) mereka bergantian menguras air resapan sumur yang dalamnya hanya 3
meter. Akibatnya banyak yang tidak mandi atau tayamum.. Hi..hi..
Terdapat sebuah warung kecil yang menjajakan rokok, makanan dan minuman
ringan seperti mie instan, snack, sukro, kacang, air mineral dan bersoda, coffe
juga susu. Warung ini hanya ada ketika terdapat suatu kegiatan acara atau hari
libur.
Sunset memberi panorama keindahan pantai Pulau Biawak, dan akhirnya larut
dalam letihnya malam setelah kegiatan hari itu.
Minggu, Agustus 2014 (Pulang)
Kapal Besar telah jauh membawa
penyelam untuk melakukan penyelaman pagi hari. Selesai packing jam 10.00 wib
kapal kecil yang hendak mendrop perlengkapan tidak bisa menyandar dermaga
karena air laut surut. Hingga
akhirnya dengan sabar menunggu pasang pada jam
15.00 wib. Ombak yang besar membuat kami sulit mendrop peralatan ke kapal
besar. Kurasakan mual yang amat sangat setelah semua
selesai dan langsung mencari posisi tidur di dek belakang kapal
Di tengah perjalanan, kami sempat
terombang-ambing di laut lepas pantai utara Pulau Jawa, karena mesin kapal yang mendadak mati
beberapakali. Waduh... saya deg-degan minta ampun. Pikiran saya cuma ingat Tuhan dan BCD (Bouyance Control
Device)/ Pelampung selam. Hi..hi..
Kapal kami hanya mengikuti arah angin. Hingga tiga jam berlalu akhirnya, mesin
perahu hidup kembali. Mesin perahu itu hanya ngambek karena kepanasan..
Bunyi mesin tok… kotok…
tok… menjadi nyanyian sepanjang perjalanan pulang ditaburi bintang dan sinar bulan di laut Jawa.
Sampai di Pelabuhan Karangsong
tengah malam sekitar jam 01.20 wib. Setelah mendrop semua peralatan ke mobil
kamipun langsung melesat pulang memecah malam menuju Bogor, dan tiba Senin pagi
pada pukul 07.00 wib.
Kepala pusing karena bumi masih
bergoyang-goyang efek naik kapal yang belum hilang. Pegel, linu, encok , rematik akibat manggul-manggul
peralatan dan kurang tidur. Tapi Alhamdulillah kegiatan sukses berjalan
lancar.. Semua karena Restu-Nya.
Objek Wisata di Pulau Biawak
Biawak
Biawak yang merupakan satwa
endemik pulau ini memiliki penciuman yang tajam. Ketika tim sedang memasak,
biawak-biawak berdatangan. Biawak di pulau ini tidak takut terhadap manusia.
Mereka berani mendekat, namun harus mewaspadai sabetan ekor
biawak tersebut.
Mercusuar
Mercusuar yang ada di Pulau
Biawak setinggi 65 meter didirikan pada jaman penjajahan Belanda oleh ZM Willem
pada tahun 1872. Diperlukan kehati-hatian ekstra untuk bisa menaikinya dengan
anak tangga melingkar yang cukup kecil dan berkarat. Setelah sampai di puncak
mercusuar, pemandangan lepas pantai dan dermaga pulau Biawak bisa terlihat.
Hutan Bakau dan Pinus
Alam Bawah Laut
Masih jarang para pengunjung yang
datang kesini karena faktor transportasi khusus yang belum ada dan mahal, jarak yang jauh, ombak yang besar,
sulitnya kapal merapat ke dermaga karena hancur serta belum adanya tempat
penginapan yang disewakan.
Hal tersebutlah yang menjadikan
terumbu karang dan biota lautnya masih terlihat alami. Hardcoral dan Softcoral
dan Cavecoral menghiasi pemandangan bawah lautnya. Dilengkapi hiasan berbagai
macam fauna seperti nemo, stonefish, nudibranch, lionfish, jellyfish dan
sebagainya yang memberikan warna-warni di dasarnya.
Pulau Biawak ini adalah aset yang
sangat mahal, tapi kenapa Dinas terkait belum berusaha keras mengelolanya. Atau
menunggu pihak swasta mau membelinya? Berbagai alasan mereka lantunkan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar