Menggapai Langit Mencengkeram Matahari

Senin, 18 Agustus 2014

Bersahabat Kabut Diantara Cantigi dan Edelweis Gunung Papandayan

Rasa penat menghantui jiwa yang resah, pertanda puncak gunung telah memanggilku. Yah, aku harus berada di antara kabut dan cantigi untuk menghilangkan hitam yang melekat di tubuh dan jiwaku.

Pada tanggal 29 Mei 2014 Ku pilih Gunung Papandayan sebagai tujuan mendaki saat ini. Dimana setahun yang lalu batal mendakinya karena dalam status waspada. Kawanpun berhalangan ikut sehingga akhirnya Solo Hiking lagi.

Manajemen perjalananpun disiapkan semuanya. Mulai hunting rute dan ongkos perjalanan, keadaan gunung, hingga mengecek logistik & perlengkapan mendaki.

Gunung Papandayan adalah gunung aktif yang terletak di Kecamatan Cisurupan. Kabupaten Garut – jawa Barat. Ketinggiannya yaitu 2.665 Mdpl.

Jam 08.00 Wib jadwal keberangkatan Bus Karunia Bhakti dari Terminal Cikarang dan sampai di Terminal Guntur Garut jam 12.30 Wib. Untuk istirahat dan mengisi laper, aku makan di warung pinggir jalan depan terminal. Waah.. Murah meriah dan kenyang hanya dengan ceban.

Perjalanan dilanjut dengan angkot biru tujuan Pertigaan Cisurupan (Gapura Pendakian Gunung Papandayan) jam 15.00 Wib. Di sini kita bisa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek (malam hari lebih mahal). Jika banyakan, berapapun jumlahnya lebih baik mencarter mobil coltbak agar murah.


Sekitar sejam perjalanan, sampailah di pos pendaftaran mendaki Basecamp. Suasananya cerah berkabut dan tidak terlalu ramai. Tempatnya lapang dan luas untuk parkir kendaraan motor/mobil. Setelah Asyar, ku singgahi beberapa kedai warung untuk mencari makanan yang disukai yaitu Bala-bala. Hi..hi..

Waktu sudah hampir gelap dan aku masih duduk di warung ibu haji dan 2 gadis anaknya yang melayani pembeli. Udara dingin dan kabut mulai menusuk tubuh. Kami berbincang tentang situasi dan para pendaki yang naik saat itu. Sang ibu bertanya maksud dan tujuanku mendaki sendirian. “Di gunung damai dan tenang hati kalau dah jumpa kabut, bu” ucapku.


Pukul 22.00 Wib warungpun hendak tutup, aku menanyakan tempat yang baik untuk mendirikan tenda di sekitar, tapi sang ibu menawarkan ruang belakang warungnya yang kosong untuk tempat bermalam. Ceritanya banyak para pendaki yang tidur di sekitar Basecamp kehilangan barang berharga seperti kamera, handphone dompet dan lainnya. Alhamdulillah.. Dapet bivak permanen yang terlindungi. He..he..

Warung buka sebelum subuh.. Ternyata diluar ada beberapa pendaki yang tiba tengah malam dan begadang. Setelah packing dan sarapan pagi, bergegas aku pamit untuk memulai perjalanan mendaki. Bismillah.. “Aku tidak mendaki sendirian, ada malaikat yang berjalan dan menjagaku”.

Jum’at, 30 Mei 2014

Jam 06.00 Wib awal perjalanan melewati lorong tumbuhan perdu dan jalan bebatuan yang lebar. Sekitar sepuluh menit kemudian sampai di tempat luas terbuka dengan jalan setapak berkapur. Bertemu kawan-kawan di jalan satu tujuan... Letupan asap putih keluar dari beberapa kawah belerang, disarankan untuk memakai masker karena bau belerang yang sangat menyengat hidung. Setelah melewati tempat berkawah terdapat batu besar, ambil ke kanan yang menurun melintasi sedikit semak hingga menjumpai aliran sungai berwarna kekuningan (Jangan diminum, mengandung belerang). Langkah terus berayun di jalan yang lebar dengan rute zig-zag. Di tengah perjalanan terdapat flyingcamp pos 2 yang mendata ulang para pendaki baik naik maupun turun.

Setelah hampir 3 jam perjalanan akhirnya sampai juga di Pondok Saladah. Pondok Saladah merupakan tempat yang sangat luas untuk membuka tenda bagi para pendaki Gunung Papandayan. Suasana dan tenda yang berdiri saat itu tidaklah terlalu ramai. Baguslah... karena aku tidak begitu suka suasana gunung yang terlalu ramai pendaki (tujuannya kan pingin damai dan tenang).

Vegetasi didominasi tumbuhan cantigi, ada juga beberapa edelweis tumbuh disekitarnya. Terdapat toilet permanen dan juga kedai kecil yang menyediakan minuman dan makanan seperti mie dan gorengan.

Aku dirikan tenda ditempat terlindungi dari angin yang menerpa segala penjuru diantara cantigi. Ku siapkan makan siang dengan menu khas pake telur asin, teri, sayur bening, susu dan puding kurma. Lalu merebahkan tubuh letih ini di bawah rimbun dedaunan cantigi...

Sehabis Dzuhur aku lihat situasi di sekitarnya. Untuk menghidari kejenuhan sendiri, aku berbaur berbagi cerita dengan saudara2 alamku. Disinilah tawa dan canda mereka yang sebenarnya, bukan di kota. Di sinilah sifat dan prilaku mereka yang sebenarnya, bukan di kota.

Asyar terlewati hingga datangnya Magrib.. Selepas Isya kabut singgah di Pondok Salada memberikan tetesan hujan. Semuanya kembali pada peraduannya masing-masing sampai Subuh tiba..

Sabtu, 31 Mei 2014

Pukul 07.00 Wib Aku bersama kedua kawan melakukan summit attack ke Tegal Alun dengan hanya membawa daypack. Tenda yang masih berdiri ditinggalkan, dan perlengkapan lainnya dimasukan ke dalamnya. Kami mengambil jalan memutar menghindari kubangan-kubangan air menerobos semak hingga mendapatkan rute yang sebenarnya menuju Tegal Alun.

Sepuluh menit kemudian kami menjumpai area tandus dan pepohonan mati seperti bekas terbakar, tempat ini dinamakan Hutan Mati. Jalur menuju Tegal Alun dapat ditemukan dengan melihat tanda ikatan-ikatan tali plastik/rafia di pohon yang mati, dan kitapun akan menjumpai tanda panah yang dipasang ke arah Tegal Alun.

Di ujung Hutan Mati, kita dihadapkan pada jalan setapak memasuki hutan perdu cantigi mengikuti lintasannya yang datar. Setelah melewati bunyi air dari pipa yang bocor (shelter air), pendakiannya menanjak terjal dengan kemiringan 60-70 derajat (scrambling), dan para pendaki menyebutnya Tanjakan Mamang.

Sekitar satu jam perjalanan dan mendaki, akhirnya tibalah di tempat yang datar dan terbuka luas dengan hamparan savana eidelweis yaitu Tegal Alun. Sepi.. hanya ada tiga pendaki dan penjual minum dan jajanan dengan box kardusnya sebagai alas.

Terdapat shelter air dengan berjalan setengah jam ke arah kiri. Sebenarnya disini bisa membuka tenda, tapi resikonya harus bisa menghadapi udara yang sangat dingin dan angin kencang yang menerpa. Hati2 nanti kena Hipotermia, saran sih di Pondok Salada ajalah..

Arah puncaknya menelusuri savana edelweis dan melintasi bukit... Sorry, aku cuma sampai sini aja. Puncak bukanlah tujuanku saat itu..

Mentari bercerita pada bumi tentang hari ini
Langit dan awannya bersolek cantik
Duh.. Anginnya berbisik menggoda manja
Aku cium udara berhembus perlahan

Kelopak Edelweisnya  masih mengantuk
Cantigi tetap berpijak memberi cinta
Pendaki Melambai Jingkrak di atas kemenangan
Dan.. Akupun tersenyum senang di Tegal Alun

Jam menunjukan 10.30 Wib, aku harus segera turun dan berbagi kisah ini kepada kawan. Sampai di Pondok Salada langsung packing bergegas turun menuju Basecamp dan tiba pada pukul 13.00 Wib. Setelah makan di warung si ibu, aku pamit dan ucapkan terimakasih. Lain kali bawa kawan ya dek? “ujar sang ibu. Akupun tersenyum...

Contack Person Pos Basecamp :
0878 2738 2417

Detail ongkos :

Tujuan
Waktu (Wib)
Biaya (Rupiah)
Transportasi
Terminal Cikarang – Terminal Guntur Garut
08.00  - 12.30
35.000
Bus Karunia Bhakti
Ishoma
12.30  - 14.00
10.000

Terminal Guntur - Cisurupan
14.00  - 15.00
10.000
Angkot Biru
Cisurupan – Basecamp
15.00 -  15.40
30.000
Ojek Motor Siang
Tiket masuk
15.40
4.000


Bus Karunia Bhakti dari Terminal Guntur Garut ke Cikarang terakhir sampai jam 15.00 Wib. Seandainya tertinggal, naik Bus Primajasa AC tujuan Jakarta (turun dipinggir tol Lippo Cikarang, hati-hati jangan terlewat (duduklah dibangku dekat supir dan minta diingatkan), ongkosnya Rp.47.000.
Perlengkapan yang dibawa :

Perlengkapan Dasar :

  • Semi Carrier
  • Sepatu Trek
  • Tenda Dome
  • Celana dan Baju lapangan
  • Ponco (Jas hujan Batman)
Perlengkapan Tidur :

  • Pakaian ganti
  • Sleeping bag
  • Kaos kaki tebal dan sarung tangan
  • Jacket & Balaklava
  • Matras
  • Senter/ Headlamp + Lilin
Perlengkapan Masak :

  • Kompor dan Gas+Parafin
  • Tempat masak (Nesting)
  • Tissue makan
  • Wadah air
  • Korek api gas dan Pentol
  • Sendok makan
  • Mangkok plastik
Perlengkapan MCK :

  • Sikat gigi & pasta
  • Sabun cair
  • Tissue basah
Logistik Makanan :

  • Beras
  • Bubur Instan
  • Mie instan
  • Teri + Orek tempe + Telor asin (udah mateng, beli di warteg)
  • Kentang+Wortel+Kol
  • Masako+Cabe+Bawang
  • Agar-agar
  • Kacang ijo
  • Gula merah
  • Jahe
  • Coklat
  • Roti Tawar
  • Kurma
  • Margarin
  • Susu
  • Buah Pear & Lengkeng
Perlengkapan Tambahan  :

  • Kamera
  • Handpone+Headset
  • Kacamata
  • Trashbag/Kantong plastik besar
  • Sunblock Lotion
  • Rhinox
  • Jarum & Benang
  • Kompas
  • Weebing& Prusik
  • Alat tulis
P3K (Pertolongan Pertama Pada Korban) :

  • Gandapura, Pegal dan Kram
  • Insto, Tetes mata
  • Salep 88, Kulit gatal/ Kutu air
  • CTM Alergi, obat tidur
  • Betadine, Antiseptik
  • Neo Napacyne Asma, sesak nafas
  • Konidin, Batuk
  • Oralit, Dehidrasi
  • Entrostop, Diare
  • Demacolin Flu, batuk
  • Norit, Keracunan
  • Antasida doen, Maag
  • Kina, Malaria
  • Oxycan, Memberi tambahan oksigen murni
  • Feminax, Nyeri haid (Female)
  • Counterpain, Pegal linu
  • Alkohol 70%, Pembersih luka/antiseptic
  • Antalgin, Pengurang rasa sakit, pusing
  • Paracetamo, Penurun panas
  • Vitamin C, Sariawan
Selamat Mendaki...


Ingat ! Sampahnya dibawa turun kembali.









































Tidak ada komentar:

Posting Komentar