Rasa penat
menghantui jiwa yang resah, pertanda puncak gunung telah memanggilku. Yah, aku
harus berada di antara kabut dan cantigi untuk menghilangkan hitam yang melekat
di tubuh dan jiwaku.
Pada tanggal 29 Mei
2014 Ku pilih Gunung Papandayan sebagai tujuan mendaki saat ini. Dimana setahun
yang lalu batal mendakinya karena dalam status waspada. Kawanpun berhalangan
ikut sehingga akhirnya Solo Hiking lagi.
Manajemen
perjalananpun disiapkan semuanya. Mulai hunting rute dan ongkos perjalanan,
keadaan gunung, hingga mengecek logistik & perlengkapan mendaki.
Gunung Papandayan
adalah gunung aktif yang terletak di Kecamatan Cisurupan. Kabupaten Garut –
jawa Barat. Ketinggiannya yaitu 2.665 Mdpl.
Jam 08.00 Wib
jadwal keberangkatan Bus Karunia Bhakti dari Terminal Cikarang dan sampai di
Terminal Guntur Garut jam 12.30 Wib. Untuk istirahat dan mengisi laper, aku
makan di warung pinggir jalan depan terminal. Waah.. Murah meriah dan kenyang
hanya dengan ceban.
Perjalanan dilanjut
dengan angkot biru tujuan Pertigaan Cisurupan (Gapura Pendakian Gunung
Papandayan) jam 15.00 Wib. Di sini kita bisa melanjutkan perjalanan dengan
menggunakan ojek (malam hari lebih mahal). Jika banyakan, berapapun jumlahnya
lebih baik mencarter mobil coltbak agar murah.
Sekitar sejam
perjalanan, sampailah di pos pendaftaran mendaki Basecamp. Suasananya cerah
berkabut dan tidak terlalu ramai. Tempatnya lapang dan luas untuk parkir
kendaraan motor/mobil. Setelah Asyar, ku singgahi beberapa kedai warung untuk mencari
makanan yang disukai yaitu Bala-bala. Hi..hi..
Waktu sudah hampir
gelap dan aku masih duduk di warung ibu haji dan 2 gadis anaknya yang melayani
pembeli. Udara dingin dan kabut mulai menusuk tubuh. Kami berbincang tentang
situasi dan para pendaki yang naik saat itu. Sang ibu bertanya maksud dan
tujuanku mendaki sendirian. “Di gunung damai dan tenang hati kalau dah jumpa
kabut, bu” ucapku.
Pukul 22.00 Wib
warungpun hendak tutup, aku menanyakan tempat yang baik untuk mendirikan tenda
di sekitar, tapi sang ibu menawarkan ruang belakang warungnya yang kosong untuk
tempat bermalam. Ceritanya banyak para pendaki yang tidur di sekitar Basecamp
kehilangan barang berharga seperti kamera, handphone dompet dan lainnya.
Alhamdulillah.. Dapet bivak permanen yang terlindungi. He..he..
Warung buka sebelum
subuh.. Ternyata diluar ada beberapa pendaki yang tiba tengah malam dan
begadang. Setelah packing dan sarapan pagi, bergegas aku pamit untuk memulai
perjalanan mendaki. Bismillah.. “Aku tidak mendaki sendirian, ada malaikat yang
berjalan dan menjagaku”.
Jum’at, 30 Mei 2014
Jam 06.00 Wib awal
perjalanan melewati lorong tumbuhan perdu dan jalan bebatuan yang lebar.
Sekitar sepuluh menit kemudian sampai di tempat luas terbuka dengan jalan
setapak berkapur. Bertemu kawan-kawan di jalan satu tujuan... Letupan asap
putih keluar dari beberapa kawah belerang, disarankan untuk memakai masker
karena bau belerang yang sangat menyengat hidung. Setelah melewati tempat
berkawah terdapat batu besar, ambil ke kanan yang menurun melintasi sedikit
semak hingga menjumpai aliran sungai berwarna kekuningan (Jangan diminum,
mengandung belerang). Langkah terus berayun di jalan yang lebar dengan rute
zig-zag. Di tengah perjalanan terdapat flyingcamp pos 2 yang mendata ulang para
pendaki baik naik maupun turun.
Setelah hampir 3 jam
perjalanan akhirnya sampai juga di Pondok Saladah. Pondok Saladah merupakan
tempat yang sangat luas untuk membuka tenda bagi para pendaki Gunung Papandayan.
Suasana dan tenda yang berdiri saat itu tidaklah terlalu ramai. Baguslah...
karena aku tidak begitu suka suasana gunung yang terlalu ramai pendaki (tujuannya
kan pingin damai dan tenang).
Vegetasi didominasi
tumbuhan cantigi, ada juga beberapa edelweis tumbuh disekitarnya. Terdapat
toilet permanen dan juga kedai kecil yang menyediakan minuman dan makanan
seperti mie dan gorengan.
Aku dirikan tenda
ditempat terlindungi dari angin yang menerpa segala penjuru diantara cantigi.
Ku siapkan makan siang dengan menu khas pake telur asin, teri, sayur bening,
susu dan puding kurma. Lalu merebahkan tubuh letih ini di bawah rimbun dedaunan
cantigi...
Sehabis Dzuhur aku
lihat situasi di sekitarnya. Untuk menghidari kejenuhan sendiri, aku berbaur
berbagi cerita dengan saudara2 alamku. Disinilah tawa dan canda mereka yang
sebenarnya, bukan di kota. Di sinilah sifat dan prilaku mereka yang sebenarnya,
bukan di kota.
Asyar terlewati
hingga datangnya Magrib.. Selepas Isya kabut singgah di Pondok Salada
memberikan tetesan hujan. Semuanya kembali pada peraduannya masing-masing
sampai Subuh tiba..
Sabtu, 31 Mei 2014
Pukul 07.00 Wib Aku
bersama kedua kawan melakukan summit
attack ke Tegal Alun dengan hanya membawa daypack. Tenda yang masih berdiri ditinggalkan, dan perlengkapan
lainnya dimasukan ke dalamnya. Kami mengambil jalan memutar menghindari
kubangan-kubangan air menerobos semak hingga mendapatkan rute yang sebenarnya
menuju Tegal Alun.
Sepuluh menit
kemudian kami menjumpai area tandus dan pepohonan mati seperti bekas terbakar, tempat
ini dinamakan Hutan Mati. Jalur menuju Tegal Alun dapat ditemukan dengan
melihat tanda ikatan-ikatan tali plastik/rafia di pohon yang mati, dan kitapun
akan menjumpai tanda panah yang dipasang ke arah Tegal Alun.
Di ujung Hutan Mati,
kita dihadapkan pada jalan setapak memasuki hutan perdu cantigi mengikuti
lintasannya yang datar. Setelah melewati bunyi air dari pipa yang bocor
(shelter air), pendakiannya menanjak terjal dengan kemiringan 60-70 derajat (scrambling), dan para pendaki
menyebutnya Tanjakan Mamang.
Sekitar satu jam
perjalanan dan mendaki, akhirnya tibalah di tempat yang datar dan terbuka luas
dengan hamparan savana eidelweis yaitu Tegal Alun. Sepi.. hanya ada tiga
pendaki dan penjual minum dan jajanan dengan box kardusnya sebagai alas.
Terdapat shelter
air dengan berjalan setengah jam ke arah kiri. Sebenarnya disini bisa membuka
tenda, tapi resikonya harus bisa menghadapi udara yang sangat dingin dan angin
kencang yang menerpa. Hati2 nanti kena Hipotermia, saran sih di Pondok Salada
ajalah..
Arah puncaknya
menelusuri savana edelweis dan melintasi bukit... Sorry, aku cuma sampai sini
aja. Puncak bukanlah tujuanku saat itu..
Mentari bercerita pada bumi tentang
hari ini
Langit dan awannya bersolek cantik
Duh.. Anginnya berbisik menggoda
manja
Aku cium udara berhembus perlahan
Kelopak Edelweisnya masih mengantuk
Cantigi tetap berpijak memberi cinta
Pendaki Melambai Jingkrak di atas
kemenangan
Dan.. Akupun tersenyum senang di
Tegal Alun
Jam menunjukan 10.30 Wib, aku harus
segera turun dan berbagi kisah ini kepada kawan. Sampai di Pondok Salada
langsung packing bergegas turun menuju Basecamp dan tiba pada pukul 13.00 Wib.
Setelah makan di warung si ibu, aku pamit dan ucapkan terimakasih. Lain kali
bawa kawan ya dek? “ujar sang ibu. Akupun tersenyum...
Contack Person Pos Basecamp :
0878 2738 2417
Detail ongkos :
Tujuan
|
Waktu (Wib)
|
Biaya (Rupiah)
|
Transportasi
|
Terminal Cikarang – Terminal Guntur
Garut
|
08.00 - 12.30
|
35.000
|
Bus Karunia Bhakti
|
Ishoma
|
12.30 - 14.00
|
10.000
|
|
Terminal Guntur - Cisurupan
|
14.00 - 15.00
|
10.000
|
Angkot Biru
|
Cisurupan – Basecamp
|
15.00 - 15.40
|
30.000
|
Ojek Motor Siang
|
Tiket masuk
|
15.40
|
4.000
|
Bus Karunia Bhakti
dari Terminal Guntur Garut ke Cikarang terakhir sampai jam 15.00 Wib. Seandainya
tertinggal, naik Bus Primajasa AC tujuan Jakarta (turun dipinggir tol Lippo
Cikarang, hati-hati jangan terlewat (duduklah dibangku dekat supir dan minta
diingatkan), ongkosnya Rp.47.000.
Perlengkapan yang dibawa :
Perlengkapan Dasar :
- Semi Carrier
- Sepatu Trek
- Tenda Dome
- Celana dan Baju lapangan
- Ponco (Jas hujan Batman)
Perlengkapan Tidur :
- Pakaian ganti
- Sleeping bag
- Kaos kaki tebal dan sarung tangan
- Jacket & Balaklava
- Matras
- Senter/ Headlamp + Lilin
Perlengkapan Masak :
- Kompor dan Gas+Parafin
- Tempat
masak (Nesting)
- Tissue makan
- Wadah
air
- Korek
api gas dan Pentol
- Sendok
makan
- Mangkok plastik
Perlengkapan MCK :
- Sikat
gigi & pasta
- Sabun
cair
- Tissue basah
Logistik Makanan :
- Beras
- Bubur
Instan
- Mie
instan
- Teri
+ Orek tempe + Telor asin (udah mateng, beli di warteg)
- Kentang+Wortel+Kol
- Masako+Cabe+Bawang
- Agar-agar
- Kacang
ijo
- Gula
merah
- Jahe
- Coklat
- Roti
Tawar
- Kurma
- Margarin
- Susu
- Buah Pear & Lengkeng
Perlengkapan Tambahan :
- Kamera
- Handpone+Headset
- Kacamata
- Trashbag/Kantong plastik besar
- Sunblock Lotion
- Rhinox
- Jarum & Benang
- Kompas
- Weebing& Prusik
- Alat tulis
P3K (Pertolongan Pertama
Pada Korban) :
- Gandapura,
Pegal dan Kram
- Insto,
Tetes mata
- Salep
88, Kulit gatal/ Kutu air
- CTM Alergi, obat tidur
- Betadine, Antiseptik
- Neo Napacyne Asma, sesak nafas
- Konidin, Batuk
- Oralit, Dehidrasi
- Entrostop, Diare
- Demacolin Flu, batuk
- Norit, Keracunan
- Antasida doen, Maag
- Kina, Malaria
- Oxycan, Memberi tambahan oksigen murni
- Feminax, Nyeri haid
(Female)
- Counterpain, Pegal linu
- Alkohol 70%, Pembersih luka/antiseptic
- Antalgin, Pengurang rasa sakit, pusing
- Paracetamo, Penurun panas
- Vitamin C, Sariawan
Selamat Mendaki...
Ingat ! Sampahnya dibawa turun kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar