Untuk mengisi waktu
libur tanggal 09-11 Mei 2013, gue dan Sigit ingin mendaki Gunung Papandayan
yang terletak di Garut - Jawa Barat. Tetapi rencana berubah setelah adanya
informasi di media bahwa status gunung tersebut dalam kondisi siaga. Benar...
Manusia cuma bisa merencanakan, Tuhan yang menentukan.
Akhirnya kami
sepakat untuk mendaki Gunung yang aman didaki, yaitu Gunung Cikuray yang berada
di Garut - Jawa Barat. Pioonering pun dilakukan, mulai dari mencari data hingga
rute perjalanan beserta estimasi biayanya di internet. Beberapa kali kami
melakukan koordinasi untuk melengkapi segala peralatan dan logistik untuk
pendakian ini.
Hari yang dinanti
telah tiba, saatnya "Back to the
Nature"...
Kamis, 09 Mei 2013
Perjalanan dimulai
jam 08.00 WIB dari Terminal Cikarang dengan menggunakan Bus Karunia Bakti
jurusan Terminal Guntur - Garut. Tiba di Terminal Guntur pukul 12.30 WIB. Untuk
mengisi rasa lapar kami singgah di sebuah warung makan dekat terminal, sekalian
Sholat Dzuhur.
Pukul 13.30 WIB
kami lanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot 06 yang berwarna biru -
putih jurusan Dayeuh Manggung turun di Patrol (supir angkot suka lupa,
ingatkanlah..). Sampai di Patrol pukul 14.00 WIB, dan telah menunggu beberapa
ojek untuk mengantarkan kami ke pos pendakian. Setelah sepakat harga kamipun
berangkat. Memang perjalanan yang extreem dan sebanding dengan harga yang
ditawarkan, jika berjalan kaki bisa ditempuh selama 3 jam.
Ketika sampai di
Pos Pemancar pukul 14.30 (1526 Mdpl), terdapat beberapa tim pendaki yang saat
itu sedang istirahat. Saat itu sedang dibangun sebuah Posko yang bertujuan
untuk mendata para pendaki yang melewati jalur ini. Biaya pendaftaran mendaki
bersifat sukarela, karena belum adanya tiket resmi dari pemerintah daerah
setempat. Di pos ini terdapat warung kecil yang menyediakan minuman dan makanan
ringan seperti air mineral, kopi, teh, mie instan, goreng tahu dan pisang, dan
lain-lain. Ada juga dua buah toilet kecil dan mushola yang baru selesai
dibangun.
Kabut tipis turun
meneteskan titik air, kami bergegas mencari lokasi mendirikan tenda untuk persiapan malam. Udara
begitu sangat dingin menusuk tubuh ketika kabut bertambah tebal hingga
meneteskan hujan. Kami menghangatkan diri dengan minuman panas yang baru
dimasak dalam tenda. Waktu Magrib dan Isya telah terlewati, kamipun terlelap
dalam tidur berteman suara tetes air yang jatuh. Malam kian larut hingga suara
alarm membangunkan kami di pukul 05.00 wib. Waktunya bangkit untuk Subuh...
Jum’at, 10 Mei 2013
Sunrise muncul
bersama datangnya kabut di sekitar Pemancar. Packing dilakukan setelah sarapan
pagi. Kami membawa tiga botol aqua besar dan satu aqua kecil untuk kebutuhan
selama perjalanan. Karena dari informasi tidak adanya shelter air selama
perjalanan menuju puncak (ciri khas gunung berkerucut itu miskin shelter air).
Jam 08.30 Wib
cerita pendakian ini dimulai melintasi kebun teh di jalan setapak yang
menanjak. Mentari memberikan keringat ditubuh, sekali-kali kami duduk berteduh
di bawah pohon teh. Setelah kebun teh terlewati, kami jumpai ladang (ada jalan
bercabang, ambil ke kanan). Mentari yang menyengat dan jalan menanjak membuat
langkah selalu terhenti. Jam 09.00 Wib (1.647 Mdpl) kami tiba di atas bukit dan
beristirahat sambil melihat ke belakang savana kebun teh dan pos pemancar.
Perjalanan landai
di lanjutkan hingga sampai bibir hutan jam 09.05 Wib (ada jalan persimpangan, ambil
ke kiri). Disinilah kami mempersiapkan alat & bekal yang dibutuhkan selama
perjalanan. Ada guncangan bumi yang kami rasakan. Pasti gempa yang terjadi di
Gunung Papandayan.. “ujarku. Ada sedikit rasa gentar dan cemas, semoga Tuhan
merestui pendakian ini..
Pos 1 pada pukul
10.15 Wib (1.830 Mdpl). Langkah terus berderap menapaki jalan menanjak sampai Kami
istirahat sekaligus menyiapkan makan siang sambil berfoto ria. He..he..
Pos 2 pada pukul
11.15 Wib (1.949 Mdpl) kami istirahat lagi, maklumlah kami adalah pendaki slow
“Tiga Tapak, Istirahat Setapak”. Wuaa.. Ternyata di pos ini terdapat shelter
air dari pipa yang dibocori. Gak apalah, itung-itung latihan fisik bawa air
penuh dari bawah. Vegetasi hutan ditumbuhi pepohonan tinggi dan lebat.
Pos 3 pada jam
13.30 Wib (1.986 Mdpl) Sholat Dzuhur dengan wudhu menggunakan media lumut, dan
orientasi medan kiblat/barat dengan matahari atau lumut yang menempel di
pepohonan yang rimbun.
Pos 4 pada pukul
14.35 Wib (2.345 Mdpl) Jejak kaki diiringi suara hutan belantara sambil ngemil
buah lengkeng. Sangat baik dibawa sebagai teman lapar dan dahaga selama
perjalanan.
Pos 5 pada pukul
15.15 Wib (2.432 Mdpl) Dingin mulai menerpa, sesekali kabut menyelimuti tubuh. Jalan
semakin terjal dijejaki dan tangan digunakan untuk membantu keseimbangan dan
menarik beban tubuh (scrambling). Tapi
semangat tak pernah padam.
Pos 6 (Puncak Semu)
pada pukul 16.00 Wib (2.527 Mdpl) Istirahat sambil menghangatkan tubuh dengan
memasak jahe susu.
Pos 7 pada pukul
17.30 Wib (2.805 Mdpl) Langkah mulai gontai karena tak kunjung sampai tujuan.
Disinilah kesabaran teruji. Kabut dan udaranya kian menusuk tulang, persiapkan
jaket untuk melindunginya.
Alhamdulillah... Ya
Rabb. Tiba dipuncak Gunung Cikuray jam 18.00 Wib dengan vegetasi tumbuhan perdu
didominasi cantigi. Ada sebuah bangunan permanen seperti gardu sebagai ciri
puncaknya. Ada sekitar sepuluh tenda pendaki yang sudah berdiri menghiasi gelap
saai itu. Bergegas kami dirikan tenda dan mempersiapkan perlengkapan untuk
menghadapi malam di Puncak Gunung Cikuray. Kabut menurunkan gerimis setelah
tenda kami berdiri. Suara yang terdengar hanya tetes air dan angin gunung, para
penghuninya lelap dalam dingin dan letih. Setelah menikmati jahe panas dan
makan malam, akhirnya kamipun juga terlelap bersama nyanyian alam Puncak Gunung
Cikuray.
Sabtu, 11 Mei 2013
Waktu subuh
membangunkan seisi penghuni di Puncak Cikuray, terasa amat dingin menusuk
tubuh. Tapi terhangatkan saat jahe susu panas yang sudah dimasak dan selembar
roti tawar masuk dalam perut. Langit di Timur bergaris sejajar berwarna kuning
kemerahan, inilah sunrise yang slalu ditunggu dan di idamkan bagi para pendaki.
Saya menyebutnya “Lukisan Tuhan”.. Terasa maha indah, sejuk dan menyentuh jiwa.
Ciri khas gunung ini adalah bayangan (shadow) yang membentuk sebuah kerucut/
piramid ketika pagi.
Kami turun pada
pukul 09.30 wib lewat jalur Bayongbong. Jalurnya dari puncak berada di sebelah
Barat (turun sedikit lalu serong kanan). Jalur ini ternyata sangat terjal dan
jarang dilalui, terbukti jalan setapak yang kami lewati tertutup semak
rerumputan. Dianjurkan untuk lebih berhati-hati melewati jalur Bayongbong ini,
selain banyak jalan bercabang, juga tidak ada tanda jejak di rute ini, berbeda
dengan melewati pos pemancar yang banyak tanda panah menuju puncak.
Wuaaah.. Beberapa
kali tubuh ini terperosok hingga jatuh terhempas. Perjalanan turun ini bukan
hanya dengan kaki dan lutut, tapi juga tangan dan tubuh kami gunakan untuk
turun karena terlalu curamnya, sekitar 75-85 derajat.
Setelah
menganalisa, bahwa pohon yang ditebang untuk membuat gubuk, dan lalat-lalat
berasal dari kulit padi yang bercampur kotoran ayam untuk pupuk tanaman sayur.
Sesekali kami bertanya arah Bayongbong kepada petani yang sedang menebarkan
pupuk.
Akhirnya kami
jumpai jalan besar berbatu hingga tiba pada pukul 15.00 Wib di Pos Bayongbong,
yaitu sebuah warung kecil. Disini kami beristirahat melepas lelah sambil
meminum es campur yang masih dikerumuni lalat. Tak peduli yang penting dahaga
ini terlampiaskan. He..he..
Contack Person Pos pemancar :
·
Pak Yudi 0811 139 349
·
Kang dede 0821 2083 5884
·
Bang Indra 0856 7205 047
Detail ongkos :
Tujuan
|
Waktu (Wib)
|
Biaya (Rupiah)
|
Transportasi
|
Terminal Cikarang – Terminal Guntur
Garut
|
08.00 - 12.30
|
35.000
|
Bus Karunia Bhakti
|
Makan Siang Warteg
|
12.30 - 13.30
|
10.000
|
|
Terminal Guntur - Patrol
|
13.30 - 14.00
|
5.000
|
Angkot 06 Biru Putih
|
Patrol – Pos Pemancar
|
14.00 - 14.30
|
30.000
|
Ojek Motor
|
Pos Bayongbong – Jalan Utama
|
15.00 - 15.30
|
20.000
|
Ojek Motor
|
Jalan Utama – Term. Guntur
|
15.30 - 16.00
|
5.000
|
Angkot
|
Term. Guntur - Cikarang
|
17.30 - 22.00
|
47.000
|
Bus Primajasa AC
|
Bus Karunia Bhakti
dari Terminal Guntur Garut ke Cikarang terakhir sampai jam 15.00 Wib. Seandainya
tertinggal, naik Bus Primajasa AC tujuan Jakarta (turun dipinggir tol Lippo
Cikarang, hati2 jangan terlewat. Duduklah dibangku dekat supir dan minta
diingatkan).
Selamat Mendaki...
Ingat ! Sampahnya dibawa turun kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar