Menggapai Langit Mencengkeram Matahari

Sabtu, 22 Juni 2013

PESONA GUNUNG KERUCUT "CIKURAY" DI TANAH GARUT

Untuk mengisi waktu libur tanggal 09-11 Mei 2013, gue dan Sigit ingin mendaki Gunung Papandayan yang terletak di Garut - Jawa Barat. Tetapi rencana berubah setelah adanya informasi di media bahwa status gunung tersebut dalam kondisi siaga. Benar... Manusia cuma bisa merencanakan, Tuhan yang menentukan.

Akhirnya kami sepakat untuk mendaki Gunung yang aman didaki, yaitu Gunung Cikuray yang berada di Garut - Jawa Barat. Pioonering pun dilakukan, mulai dari mencari data hingga rute perjalanan beserta estimasi biayanya di internet. Beberapa kali kami melakukan koordinasi untuk melengkapi segala peralatan dan logistik untuk pendakian ini.

Hari yang dinanti telah tiba, saatnya "Back to the Nature"...


Kamis, 09 Mei 2013

Perjalanan dimulai jam 08.00 WIB dari Terminal Cikarang dengan menggunakan Bus Karunia Bakti jurusan Terminal Guntur - Garut. Tiba di Terminal Guntur pukul 12.30 WIB. Untuk mengisi rasa lapar kami singgah di sebuah warung makan dekat terminal, sekalian Sholat Dzuhur.

Pukul 13.30 WIB kami lanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot 06 yang berwarna biru - putih jurusan Dayeuh Manggung turun di Patrol (supir angkot suka lupa, ingatkanlah..). Sampai di Patrol pukul 14.00 WIB, dan telah menunggu beberapa ojek untuk mengantarkan kami ke pos pendakian. Setelah sepakat harga kamipun berangkat. Memang perjalanan yang extreem dan sebanding dengan harga yang ditawarkan, jika berjalan kaki bisa ditempuh selama 3 jam.

Ketika sampai di Pos Pemancar pukul 14.30 (1526 Mdpl), terdapat beberapa tim pendaki yang saat itu sedang istirahat. Saat itu sedang dibangun sebuah Posko yang bertujuan untuk mendata para pendaki yang melewati jalur ini. Biaya pendaftaran mendaki bersifat sukarela, karena belum adanya tiket resmi dari pemerintah daerah setempat. Di pos ini terdapat warung kecil yang menyediakan minuman dan makanan ringan seperti air mineral, kopi, teh, mie instan, goreng tahu dan pisang, dan lain-lain. Ada juga dua buah toilet kecil dan mushola yang baru selesai dibangun.

Kabut tipis turun meneteskan titik air, kami bergegas mencari lokasi  mendirikan tenda untuk persiapan malam. Udara begitu sangat dingin menusuk tubuh ketika kabut bertambah tebal hingga meneteskan hujan. Kami menghangatkan diri dengan minuman panas yang baru dimasak dalam tenda. Waktu Magrib dan Isya telah terlewati, kamipun terlelap dalam tidur berteman suara tetes air yang jatuh. Malam kian larut hingga suara alarm membangunkan kami di pukul 05.00 wib. Waktunya bangkit untuk Subuh...

Jum’at, 10 Mei 2013

Sunrise muncul bersama datangnya kabut di sekitar Pemancar. Packing dilakukan setelah sarapan pagi. Kami membawa tiga botol aqua besar dan satu aqua kecil untuk kebutuhan selama perjalanan. Karena dari informasi tidak adanya shelter air selama perjalanan menuju puncak (ciri khas gunung berkerucut itu miskin shelter air).

Jam 08.30 Wib cerita pendakian ini dimulai melintasi kebun teh di jalan setapak yang menanjak. Mentari memberikan keringat ditubuh, sekali-kali kami duduk berteduh di bawah pohon teh. Setelah kebun teh terlewati, kami jumpai ladang (ada jalan bercabang, ambil ke kanan). Mentari yang menyengat dan jalan menanjak membuat langkah selalu terhenti. Jam 09.00 Wib  (1.647 Mdpl) kami tiba di atas bukit dan beristirahat sambil melihat ke belakang savana kebun teh dan pos pemancar.

Perjalanan landai di lanjutkan hingga sampai bibir hutan jam 09.05 Wib (ada jalan persimpangan, ambil ke kiri). Disinilah kami mempersiapkan alat & bekal yang dibutuhkan selama perjalanan. Ada guncangan bumi yang kami rasakan. Pasti gempa yang terjadi di Gunung Papandayan.. “ujarku. Ada sedikit rasa gentar dan cemas, semoga Tuhan merestui pendakian ini..

Pos 1 pada pukul 10.15 Wib (1.830 Mdpl). Langkah terus berderap menapaki jalan menanjak sampai Kami istirahat sekaligus menyiapkan makan siang sambil berfoto ria. He..he..

Pos 2 pada pukul 11.15 Wib (1.949 Mdpl) kami istirahat lagi, maklumlah kami adalah pendaki slow “Tiga Tapak, Istirahat Setapak”. Wuaa.. Ternyata di pos ini terdapat shelter air dari pipa yang dibocori. Gak apalah, itung-itung latihan fisik bawa air penuh dari bawah. Vegetasi hutan ditumbuhi pepohonan tinggi dan lebat.

Pos 3 pada jam 13.30 Wib (1.986 Mdpl) Sholat Dzuhur dengan wudhu menggunakan media lumut, dan orientasi medan kiblat/barat dengan matahari atau lumut yang menempel di pepohonan yang rimbun.

Pos 4 pada pukul 14.35 Wib (2.345 Mdpl) Jejak kaki diiringi suara hutan belantara sambil ngemil buah lengkeng. Sangat baik dibawa sebagai teman lapar dan dahaga selama perjalanan.

Pos 5 pada pukul 15.15 Wib (2.432 Mdpl) Dingin mulai menerpa, sesekali kabut menyelimuti tubuh. Jalan semakin terjal dijejaki dan tangan digunakan untuk membantu keseimbangan dan menarik beban tubuh (scrambling). Tapi semangat tak pernah padam.

Pos 6 (Puncak Semu) pada pukul 16.00 Wib (2.527 Mdpl) Istirahat sambil menghangatkan tubuh dengan memasak jahe susu.

Pos 7 pada pukul 17.30 Wib (2.805 Mdpl) Langkah mulai gontai karena tak kunjung sampai tujuan. Disinilah kesabaran teruji. Kabut dan udaranya kian menusuk tulang, persiapkan jaket untuk melindunginya.

Alhamdulillah... Ya Rabb. Tiba dipuncak Gunung Cikuray jam 18.00 Wib dengan vegetasi tumbuhan perdu didominasi cantigi. Ada sebuah bangunan permanen seperti gardu sebagai ciri puncaknya. Ada sekitar sepuluh tenda pendaki yang sudah berdiri menghiasi gelap saai itu. Bergegas kami dirikan tenda dan mempersiapkan perlengkapan untuk menghadapi malam di Puncak Gunung Cikuray. Kabut menurunkan gerimis setelah tenda kami berdiri. Suara yang terdengar hanya tetes air dan angin gunung, para penghuninya lelap dalam dingin dan letih. Setelah menikmati jahe panas dan makan malam, akhirnya kamipun juga terlelap bersama nyanyian alam Puncak Gunung Cikuray.

Sabtu, 11 Mei 2013

Waktu subuh membangunkan seisi penghuni di Puncak Cikuray, terasa amat dingin menusuk tubuh. Tapi terhangatkan saat jahe susu panas yang sudah dimasak dan selembar roti tawar masuk dalam perut. Langit di Timur bergaris sejajar berwarna kuning kemerahan, inilah sunrise yang slalu ditunggu dan di idamkan bagi para pendaki. Saya menyebutnya “Lukisan Tuhan”.. Terasa maha indah, sejuk dan menyentuh jiwa. Ciri khas gunung ini adalah bayangan (shadow) yang membentuk sebuah kerucut/ piramid ketika pagi.

Kami turun pada pukul 09.30 wib lewat jalur Bayongbong. Jalurnya dari puncak berada di sebelah Barat (turun sedikit lalu serong kanan). Jalur ini ternyata sangat terjal dan jarang dilalui, terbukti jalan setapak yang kami lewati tertutup semak rerumputan. Dianjurkan untuk lebih berhati-hati melewati jalur Bayongbong ini, selain banyak jalan bercabang, juga tidak ada tanda jejak di rute ini, berbeda dengan melewati pos pemancar yang banyak tanda panah menuju puncak.

Wuaaah.. Beberapa kali tubuh ini terperosok hingga jatuh terhempas. Perjalanan turun ini bukan hanya dengan kaki dan lutut, tapi juga tangan dan tubuh kami gunakan untuk turun karena terlalu curamnya, sekitar 75-85 derajat.

Setelah menganalisa, bahwa pohon yang ditebang untuk membuat gubuk, dan lalat-lalat berasal dari kulit padi yang bercampur kotoran ayam untuk pupuk tanaman sayur. Sesekali kami bertanya arah Bayongbong kepada petani yang sedang menebarkan pupuk.

Akhirnya kami jumpai jalan besar berbatu hingga tiba pada pukul 15.00 Wib di Pos Bayongbong, yaitu sebuah warung kecil. Disini kami beristirahat melepas lelah sambil meminum es campur yang masih dikerumuni lalat. Tak peduli yang penting dahaga ini terlampiaskan. He..he..

Contack Person Pos pemancar :
·        Pak Yudi       0811 139 349
·        Kang dede    0821 2083 5884
·        Bang Indra    0856 7205 047

Detail ongkos :

Tujuan
Waktu (Wib)
Biaya (Rupiah)
Transportasi
Terminal Cikarang – Terminal Guntur Garut
08.00 - 12.30
35.000
Bus Karunia Bhakti
Makan Siang Warteg
12.30 - 13.30
10.000

Terminal Guntur - Patrol
13.30 - 14.00
5.000
Angkot 06 Biru Putih
Patrol – Pos Pemancar
14.00 - 14.30
30.000
Ojek Motor
Pos Bayongbong – Jalan Utama
15.00 - 15.30
20.000
Ojek Motor
Jalan Utama – Term. Guntur
15.30 - 16.00
5.000
Angkot
Term. Guntur - Cikarang
17.30 - 22.00
47.000
Bus Primajasa AC

Bus Karunia Bhakti dari Terminal Guntur Garut ke Cikarang terakhir sampai jam 15.00 Wib. Seandainya tertinggal, naik Bus Primajasa AC tujuan Jakarta (turun dipinggir tol Lippo Cikarang, hati2 jangan terlewat. Duduklah dibangku dekat supir dan minta diingatkan).

Selamat Mendaki...

Ingat ! Sampahnya dibawa turun kembali.





























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar