Menggapai Langit Mencengkeram Matahari

Rabu, 11 April 2012

BERBALUT KABUT DI GUNUNG MANGLAYANG

Handapeun bentang manglayang
Manehna keur ngadagoan
Nanggeuy saruntuyan bentang
Meunang mipit ti luhur Gunung Manglayang
(Lyric Lagu Bentang Manglayang)

Tanggal 6 April 2012 yang lalu, tepatnya dihari Jum'at, KPALH Sapujagat Cikarang mengadakan sebuah acara pendakian perdana ke salah satu gunung yang ada di bagian timur Bandung, yaitu Gunung Manglayang (1.824 Mdpl).

Sekitar 4 jam perjalanan dari Cikarang dengan mobil pribadi sampai juga di gerbang Wisata Batu Kuda, untuk bisa masuk kawasan tersebut kami diharuskan membeli tiket/karcis masuk seharga Rp.3000/orang, sedangkan untuk yang ingin bermalam (camping) tiketnya seharga Rp.5000. Sebelum menuju objek utama yaitu Puncak Manglayang, kami sempatkan diri berkunjung ke situs Batu kuda yang jaraknya tak terlalu jauh dari pintu gerbang sekitar 300 meter.

Gunung Manglayang terletak di antara Kab. Sumedang dan Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Gunung ini merupakan menara penjaga di timur rangkaian gunung Legenda Sangkuriang – Burangrang, Tangkuban Perahu, dan Bukit Tunggul. Di legenda tersebut diceritakan bahwa perahu dari Sangkuriang telah terbalik dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Tunggul pohon yang tersisa bekas bahan pembuatan perahu Sangkuriang tetap berdiri menjadi Gunung Bukit Tunggul sedangkan tajuknya atau ranting-rantingnya tergeletak menjadi Gunung Burangrang dan Gunung Manglayang.

Gunung Manglayang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Gunung Burangrang, Tangkuban Perahu dan Bukit Tunggul yang menjadikan gunung ini sebagai yang terendah dari rangkaian empat gunung tersebut.
Mungkin disebabkan terlalu rendah itulah Gunung Manglayang sempat terlupakan dikalangan para pendaki gunung, terkecuali pegiat alam bebas dari Bandung dan sekitarnya. Jalur pendakian ke gunung ini biasanya dilalui dengan beberapa jalur yakni Bumi Perkemahan Palintang (Ujung Berung), Wanawisata Situs Batu Kuda (Kab Bandung), dan Baru Beureum (Jatinangor)



Batu Kuda

Batu Kuda sendiri adalah sebuah batu yang bentuknya menyerupai seekor kuda.  Konon Batu Kuda adalah kuda yang ditunggangi oleh Prabu Layang Kusuma beserta permaisurinya (Prabu Layang Sari). Konon menuerut cerita zaman dahulu ada seorang raja dari salah satu kerajaan di tanah sunda yang bernama Prabu Layang Kusuma. Suatu hari Sang Prabu bersama permaisurinya, dengan berkuda melewati Gunung Manglayang. Namun, ketika sampai di puncak tiba-tiba kuda yang ditungganginya terperosok ke dalam lumpur. Begitu dalamnya kuda itu terperosok hingga hanya separuh badannya yang kelihatan. Secara tiba-tiba pula kuda itu berubah menjadi batu. Oleh karena kuda yang ditunggangi menjadi batu, mau tidak mau Sang Prabu beserta Sang Permaisuri dan para pengawalnya menghentikan perjalanannya. Kemudian, Sang Prabu melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Hasilnya adalah bahwa tempat itu sangat cocok untuk bertapa.

Sehubungan dengan itu, Sang Prabu memutuskan untuk mendirikan tempat peristirahatan yang letaknya tidak jauh dari tempat perpelosoknya kuda. Di tempat peristirahatan itulah Sang Prabu bertapa dan tidak meneruskan perjalanannya hingga akhir hayatnya. Demikian juga Sang Permaisuri dan para pengawalnya.

Dulu pada jaman penjajahan Belanda disekitar kaki Gunung Manglayang ini merupakan sebuah afdeling atau perkebunan luas. Untuk menjaga perkebunan tersebut ada sebuah bangunan yang keseluruhannya berwarna merah. Itulah sebabnya daerah ini dinamakan Baru Beureum. Pepohonan pada awal-awal tidak begitu rimbun bahkan lebih didominasi sejenis pohon perdu, hingga jika sudah  siang udara panas terasa cukup menyengat. Namun pemandangan yang dapat dinikmati sepanjang perjalanan pada sebagian lembahnya cukup menarik. Pada satu sisi dapat melihat sebagian wilayah Jatinangor dan pada sisi yang lain dapat melihat hijaunya lembah yang berada persis di kaki puncak Gunung Manglayang.

Untuk memenuhi kebutuhan bermalam dan selama di perjalanan kami harus membawa bekal air yang cukup, karena tidak adanya shelter air yang tersedia selama di perjalanan ataupun di Puncak Gunung Manglayang.

Pukul 16.00 wib cerita pendakian menuju puncak utama Gunung Manglayang baru dimulai, yang berjarak sekitar 3 km. Diawalnya, barisan pohon pinus terbentang luas mengiring perjalanan ini. Medan yang harus kami lalui berupa jalan setapak yang tentunya menanjak dan cukup menguras tenaga. Angin kencang yang bertiup menyapa awal kedatangan kami, pemandangan sepanjang perjalanan cukup indah serta hamparan hijaunya pohon-pohon menambah segar udara sekitar yang kami lalui.
Trek pendakian melalui jalur timur Gunung Manglayang memiliki kemiringan berkisar 40 – 80 derajat dan nyaris tanpa bonus atau jalur yang mendatar. Namun ada beberapa tempat yang sedikit datar bisa dijadikan tempat untuk sekedar beristirahat dan mendirikan tenda. View kota Bandung dan sekitarnya dapat terlihat dengan jelas dihadapan kami. Selama Perjalanan sering sekali kabut datang menghalangi jarak pandang langkah kami yang terkadang tersandung semak belukar dan terperosok dalam kubangan. Di tengah perjalanan terdapat Batu Tumpeng yang berdiameter sekitar 5 meter sedangkan tingginya sekitar 10 meter, dan memang menyerupai seperti tumpeng.

Puncak Gunung Manglayang


Akhirnya, Deru nafas Kelelahan akan jarakpun sirna setelah kaki berpijak di Puncak Utama Gunung Manglayang 1.824 (Mdpl) sekitar pukul 20.00 wib. Dataran Puncak Gunung Manglayang cukup luas, dimana bisa menampung cukup banyak tenda dengan lokasi yang terlindung oleh rimbunnya pepohonan.
Di salah satu bagiannya terdapat sebuah gundukan batu menyerupai sebuah makam, menurut cerita penjaga Wanawisata Batu Kuda (Kang Ahim), makam tersebut adalah sebuah makam sesepuh (kuncen) yang dahulu tinggal di Gunung manglayang.

Untuk melihat view yang bagus di malam hari, kami memutuskan jalan lagi turun ke arah sebelah Barat  (kiri) sampai dijumpai Tugu batas antara Sumedang dan Bandung. Areanya sangat sempit, tapi bisa untuk mendirikan tenda disana. Kami menikmati air jahe panas & roti dikala dingin sudah sangat menusuk tubuh. Dan akhirnya terlelap dalam sunyi diantara sinar purnama yang berusaha menerobos rerantingan...

Rute Perjalanan (Mobil Pribadi) :

Masuk Tol Cikarang - Keluar Tol Cileunyi (Arah Terminal Cileunyi) - Pangkalan Ojek Perumahan Manglayang - Wanawisata Batu Kuda

Informasi Umum :

Tinggi : 1.824 Mdpl
Lokasi Administrasi: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
Kota Terdekat: Jatinangor dan Ujung Berung
Waktu Pendakian: 3-4 jam dari titik awal pendakian hingga puncak gunung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar